Polisi mulai dikerahkan untuk mengawasi masyarakat Jepang yang masih berkeliaran di luar rumah pasca ditetapkannya deklarasi darurat yang mulai berlaku sejak 8 April 2020 lalu. Oleh karena itu polisi Jepang berharap terutama di akhir pekan, mulai Jumat malam, Sabtu dan Minggu supaya warga berdiam di rumah saja bersama keluarga. Beberapa tim kepolisian, termasuk ada pula anggota polisi wanita, melakukan monitoring di tempat tempat keramaian di Tokyo seperti Shinjuku, Shibuya dan Shimbashi, mulai melakukan aksinya menegur warga yang tampak berkeliaran di tengah jalan.
"Apalagi kalau sampai mabuk, sebaiknya jangan terjadi di masa prihatin sekarang ini. Setelah pulang langsung berpencar dan pulang segera ke rumah masing masing," nasihat seorang polisi kepada beberapa salariman (pekerja kantor) yang kepergok berkeliaran di Shimbashi, Jumat (10/4/2020) malam. Beberapa warga sempat melihat mereka mendengarkan. Tetapi ada pula yang agak mabuk hingga beradu mulut dengan polisi yang sedang bertugas tersebut. Namun pada akhirnya dengan motivasi yang tinggi menjelaskan masa Deklarasi Darurat ini akhirnya semua bubar dan kembali ke rumah masing masing.
"Kalau bandel, polisi juga punya kekuasaan di masa Deklarasi Darurat ini untuk menangkap sementara orang tersebut, dibawa ke kantor polisi, apalagi kalau sampai berbuat kekerasan terhadap petugas negara," lanjutnya. Beberapa diskusi di media sosial juga mulai panas, ada yang menjadi provokator menekankan soknya polisi melakukan tugasnya, ada pula yang mendukung upaya polisi tersebut. Umumnya yang menentang campur tangan upaya polisi tersebut adalah kalangan komunis dan sosialis di Jepang yang merupakan oposisi koalisi pemerintah. Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]