Yamato Grace Nasional Fahri Hamzah Ungkap Saat Muda Gemar Buat Kliping Artikel Tulisan Jakob Oetama, ‘Sangat Kehilangan’

Fahri Hamzah Ungkap Saat Muda Gemar Buat Kliping Artikel Tulisan Jakob Oetama, ‘Sangat Kehilangan’


Tak hanya publik yang kehilangan sosok Jakob Oetama. Sederet figur publik yang menunjukkan rasa kehilangan pada Jakob Oetama. Salah satunya adalah Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah.

Jakob Oetama meninggal dunia pada Rabu, 9 September 2020. Pendiri Kompas Gramedia itu tutup usia dalam usia 88 tahun. Jakob Oetama mengalami gangguan multiorgan dan kondisinya terus memburuk karena faktor usia.

Kepergiannya membuat publik ikut berduka. Nama Jakob Oetama menjadi trending di media sosial. Kepergiannya membuat publik membanjiri ucapan duka di media sosial.

Termasuk Fahri Hamzah. Bagi Fahri, Jakob Oetama telah memberikan kesan yang begitu baik dan besar semasa hidup. "Kita sangat kehilangan. Mudah mudahan Pak Jakob membawa kesan yang besar bagi kita dan semoga Tuhan menempatkan beliau di tempat yang terbaik di sisi Nya," kata Fahri saat dihubungi, Rabu (9/9/2020).

Fahri Hamzah sendiri mengagumi sosok Jakob Oetama sejak masih duduk di bangku sekolah. Fahri menuturkan, di masa sekolah, ia suka membuat kliping berita berita yang kebanyakan dari harian Kompas. "Meskipun saya lahir di kampung, jauh di Sumbawa, saat saya SMP atau SMA adalah pecinta kliping dan di antara kliping terbanyak yang saya simpan adalah kliping Kompas," ucap dia.

Kemudian saat sudah menjadi politikus, Fahri pun akhirnya pernah bertemu dengan Jakob Oetama beberapa kali. Ia terakhir kali bertemu Jakob Oetama saat berkunjung ke kantor Kompas Gramedia bersama Anis Matta. Fahri Hamzah pun mengenang komentar komentar Jakob Oetama terhadap pemikiran politiknya yang begitu membesarkan hati.

"Suatu hari saya dan Pak Anis Matta bersilaturahim dan bertemu dengan beliau. Lalu ditanya oleh beliau, 'apa ide ide kalian dalam politik?'. Lalu kami bicara mewakili teman teman, sampai beliau mengatakan kepada teman teman redaksi yang mendampingi beliau, kenapa kalian tidak tangkap ide anak anak muda ini?

Ini kan idenya segar segar, relevan dan penting bagi masa depan Indonesia," ujar Fahri mengenang pernyataan Jakob Oetama. "Komentar beliau sangat membesarkan hati. Beliau sosok yang teliti, dengan pikiran dan tulisan tulisan beliau," imbuh Fahri. Jakob Oetama meninggal dunia pada usia 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020).

Jakob Oetama tutup usia pada pukul 13.05 WIB setelah sempat dirawat karena mengalami gangguan multiorgan. Rencananya, jenazah akan dimakamkan esok hari, Kamis (10/9/2020), di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Gubernur DKI JakartaAnies Baswedanmenyampaikan bela sungkawa atas wafatnya Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian KompasJakob Oetama.

"Turut belasungkawa. Almarhum Pak Jakob, jasanya, kontribusinya pada bangsa dan negara ini amat luar biasa," kata Anies melalui pesan singkat, Rabu (9/9/2020). Saat ini, lanjut Anies, bangsa Indonesia bertugas melanjutkan cita cita besar dan warisan karya Jakob Oetama. "Tugas besar dan mulia untuk meneruskan dan makin membesarkan warisan karya karya Pak Jakob," ujar Anies.

Jakob Oetama tutup usia di rumah sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu pukul 13.05 WIB. Jenazah Jakob Oetama akan disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta. "Bapak akan disemayamkan di kantor di gedung Kompas Gramedia, Jalan Palmerah Selatan," ujar Direktur Coorporate Communication Kompas Gramedia, Rusdi Amral.

"Diberikan kesempatan untuk penghormatan terakhir untuk bapak," tambah dia. Rencananya, jenazah akan dimakamkan Kamis (10/9/2020) besok, di Taman Makam Pahlawan Kalibata. "Karena Bapak juga pemegang penghargaan Bintang Mahaputra, akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, besok siang," ujar Rusdi Amral.

Rusdi menekankan, pihaknya akan menerapkan protokol kesehatan dalam setiap prosesi lantaran masih berada di tengah pandemi Covid 19. Jacob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Ia mengawali kariernya pertama kali menjadi seorang guru. Namun, dia kemudian memilih jalan sebagai wartawan hingga kemudian mendirikan jaringan media terbesar, Kompas Gramedia, bersama rekannya, PK Ojong.

Related Post