Kasus Corona atau Covid 19 di DKI Jakarta terus meningkat. Dalam beberapa hari terakhir, kasus harian bahkan meningkat tajam dan berada di atas 1.000 kasus per hari. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menyampaikan kekhawatiran terkait kasus Corona di DKI Jakarta.
Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus harian bahkan di atas angka 1.000 kasus. Rinciannya, pada 29 Agustus, jumlah kasus baru sebanyak 888 kasus. Sehari setelah itu, atau pada 30 Agustus, kasus baru meningkat tajam menjadi 1.114 kasus.
Kasus baru kemudian turun sedikit pada 31 Agustus, tetapi angkanya masih di atas 1000 kasus yakni 1.029 kasus. Pada 1 September, jumlah kasus turun lagi menjadi 941. Namun, pada 2 September, kasus kembali naik menjadi 1.053 kasus.
Setelah itu, pada 3 September, kenaikan kasus kembali terjadi yakni 1.406 kasus. Berikut grafik kasus baru Corona DKI Jakarta: Adapun secara total, jumlah kasus positif di DKI Jakarta sebanyak 43.709.
Dari jumlah itu, 32.424 sembuh, 1.253 meninggal. Trend peningkatan kasus Corona di DKI Jakarta itu mendapat respons dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies Baswedan mengatakan peningkatan angka penularan Covid 19 berbanding lurus dengan jumlah testing yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Anies mengklaim, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan testing lima kali lebih tinggi dari batas ideal yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dengan melakukan testing lebih banyak, maka penambahan kasus harian pun juga semakin meningkat. "Di Indonesia hanya ada dua provinsi yang (jumlah testing) melampaui angka WHO, yakni Jakarta dan Sumatera Barat."
"Jakarta sekarang mengkhawatirkan, kenapa? Dalam tiga minggu terakhir, angka (penambahan kasus positif harian) naik terus." "Artinya apa? Kita mendeteksi banyak, penularan juga terjadi angkanya banyak," ujar Anies dikutip Kompas.com dari video Kompas TV, Kamis (3/9/2020). Untuk itu, Anies mengimbau warga disiplin menjalankan protokol kesehatan 3M, yakni memakasi masker, menjaga jarak, dan rutin mencuci tangan.
Sementara Pemprov sebagai pemangku kebijakan akan mengerjakan 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. "Maka PR kita adalah menggalakkan yang 3M, karena yang 3T sudah dikerjakan ini." "Jakarta sudah mengerjakan 3T, sekarang mari kita pastikan masyarakat mengerjakan 3M," terangnya.
Ola (25), salah satu dokter di rumah sakit rujukan Covid 19, mengatakan, situasi di rumah sakit di Jakarta memang kacau. Pasien Covid 19 membeludak datang ke rumah sakit. Jumlahnya lebih banyak dibanding awal Covid 19 muncul di Indonesia.
Sebagian pasien datang dalam keadaan sesak napas. “Chaos, sangat, sangat chaos banget karena seperti yang kita lihat di berita itu benar. Ya grafiknya sangat naik, pasien pasien makin banyak yang datang, tiba tiba bawa hasil swab positif, udah dalam keadaan sesak butuh dirawat gitu. Lebih parah dibandingkan sebelumnya (awal pertama Covid 19 muncul di Indonesia),” kata Ola saat dihubungi, Kamis (3/9/2020) sebagaimana dikutip dari . Ola mengaku miris dengan keadaan saat ini.
Setelah enam bulan, kondisi pandemi tidak membaik, malah memburuk. Ia berpikir, entah sampai kapan ia dan rekan rekan tenaga medis lain harus mengenakan alat pelindung diri (APD) selama delapan jam per hari untuk merawat pasien. Ola bercerita, ia kerap sedih setiap kali melihat pasien datang dengan diantar keluarganya.
Hanya ada dua kemungkinan nasib pasien tersebut. Mereka keluar rumah sakit dengan keadaan sembuh atau meninggal. “Saya itu sangat sedih ketika melihat pasien terus menerus ke rumah sakit. Saya melihat pasien itu diantar keluarganya tanpa tahu apakah itu hari terakhir mereka ketemu bapak atau ibunya setelah dirawat atau melihatnya lagi keluar dari rumah sakit dengan keadaan sembuh,” ucap Ola.
Sebagai dokter, Ola harus berjuang merawat pasien agar mereka bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Dia merasa menjadi dokter seutuhnya ketika melihat pasien yang ditanganinya sembuh. “Saya mau pasien pasien saya bisa kumpul bareng lagi bersama keluarganya. Ini yang membuat saya harus berjuang untuk bagaimana caranya jangan ada lagi penambahan kasus kematian karena Covid 19,” ujar dia.
Ola meminta masyarakat untuk meringankan beban tenaga medis mengurangi angka pasien Covid 19 dengan mengikuti aturan pemerintah. Dia menegaskan, Covid 19 bukanlah penyakit yang main main. Mematuhi protokol kesehatan adalah kunci mencegah penularan.
“Patuhi peraturan, Covid ini bukan main main loh, ini beneran seseram itu. Jadi ketika keluhan demam aja bisa dua hari tiga hari tiba tiba sesak napas dan tidak bisa napas. Hanya dengan hitungan hari, tidak lihat umur, tidak lihat penyakit bawaan, tidak lihat kaya atau miskin, siapa pun bisa kena,” ucapnya.