Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan akan ada lonjakan angka kehamilan baru atau tak direncanakan selama pandemi virus corona atau Covid 19. Hal itu kata dia, karena penurunan peserta program keluarga berencana (KB) aktif selama pandemi Covid 19. Pasalnya, selama dilangsungkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran Covid 19, sejumlah layanan kesehatan dan kandungan ditutup atau mengurangi penerimaan pasien dan jam buka.
Hal ini membuat masyarakat sulit mengakses alat kontrasepsi. Selain itu juga karena ada kekhawatiran dalam diri pasangan akan pandemi, sehingga mengurungkan diri untuk mendatangi fasilitas kesehatan guna mengikuti program KB. Selain itu adanya pembatasan layanan penerimaan pasien dan jam buka di fasilitas kesehatan, klinik, atau bidan terkait aturan physical distancing selama masa pandemi.
"Tentu pertambahan kehamilan karena adanya penurunan pemakaian kontrasepsi. Ini akan kita terima kira kira 9 bulan dari sekarang ini baru akan terasa," ujar Hasto dalam Polemik Trijaya: Dampak Covid 19 bagi Perempuan dan Kependudukan Kita, Jakarta, Rabu (15/7/2020). BKKBN memperkirakan, akan ada lebih dari 400 ribu kehamilan baru atau tak direncanakan selama Covid 19. "Sudah bisa kita estimasikan angka itu. Saya estimasikan di sekitar 420 ribu, ketika terjadi penurunan 10 persen dari drop outnya pemakaian alat kontrasepsi ini," jelas Hasto.
Dengan begitu dia memperkirakan akan ada penambahan angka kehamilan di awal tahun depan lebih dari 420.000 bayi baru lahir. Perkiraan angka itu didasarkan pada 10 % dari 28 juta keluarga mengalami kesulitan dalam mengontrol kelahiran. Padahal seperti diketahui, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.